THE Jakarta Review, Rabu (17/6) - Jalan raya ruas Bojonggede
– Citayam, tepatnya di Bambu Kuning rusak parah. Puluhan korban berjatuhan
setiap saat. Mobil terperosok ke parit menjadi pemandangan yang sangat biasa.
Sepeda motor yang mogok di tengah jalan juga hal biasa. Angkot yang melintang
di tengah jalan, terjadi hampir setiap jam. Hanya orang melahirkan di jalan
saja yang belum terlihat di sana.
Posisi jalan yang berada lebih
rendah dari sungai mengakibatkan air menggenangi seluruh permukaan jalan. Hampir
setiap hari korban jatuh silih berganti, baik pejalan kaki, pesepeda, pemotor,
angkot, maupun pengendara mobil. Lubang menganga sedalam hampir mencapai 75
cm. Pelintas jalan saling berebut cepat
dan tak mau mengalah mengakibatkan perkelahian setiap saat.
Triyono seorang sopir angkot 05 bibirnya berdarah
karena ditonjok pengendara mobil offroad.
Musababnya, mobil Triyono tiba-tiba mogok karena busi terendam air. Di belakang
Triyono ada pemuda berbadan kekar yang tidak suka dengan kemacetan di jalur
itu. Tanpa banyak komentar pemuda itu langsung menonjok Triyono. Kejadian ini
terjadi pada Minggu sore, (13/6).
Ada pula pengendara motor yang adu
mulut engan sopir truk, karena motornya terserempet bak truk. Kejadian lebih
parah, ada seorang ibu yang sedang membonceng anaknya, tiba-tiba jatuh di genangan air karena tidak tahu di
dalam air ada lubang besar. Ibu yang tengah mengandung 5 bulan itu ditolong
ramai-ramai oleh warga sekitar.
Pada malam hari,
risiko kecelakaan meningkat. Seorang pengguna jalan, Nunik Sapitri, menuturkan, peluang kecelakaan di daerah tersebut meningkat
saat malam hari atau ketika hujan turun. Sebab, lubang-lubang jalan tertutup
genangan air sehingga tidak terlihat dan membahayakan para pengemudi.
Kerusakan diperparah lantaran truk-truk bermuatan lebih, sering melintasi jalanan tersebut. Akibatnya, jalan menjadi lebih cepat rusak. "Kita berharap pemkab dapat memperbaiki jalan ini secara baik dan permanen agar tidak rusak kembali, dan mobilitas menjadi lancar," tuturnya.
Sudah ribuan orang mengeluhkan kondisi kerusakan yang
sudah berjalan lebih dari tiga tahun ini. Namun, tak ada respons sama sekali
dari pemerintah. Entah apa yang
menyebabkan pemerintah daerah tutup mata, apakah lantaran mantan bupatinya yang
mendekam di penjara atau penggantinya yang lelet mengambil tindakan.
Kekesalan warga sudah tak tertahankan lagi.
Sumpah serapah disampaikan kepada pemerintah yang seakan-akan buta melihat
kondisi itu. Seperti halnya yang diungkapkan Toni supir angkot D 05.
”Pemerintah Kabupaten Bogor buta kali ya, sudah hampir 5 tahun jalan ini rusak,
kok tidak ada usaha perbaikan,” katanya kesal.
Abdul Tholib, warga Desa Pabuaran menumpahkan kekesalannya kepada Primus
Yustisio, wakil rakyat yang mewakili daerahnya. “Pak Primus Cuma mulutnya doang
manis, katanya mau memperhatikan daerah pemilihannya, nyatanya nol besar,”
katanya.
Seperti kita ketahui, Primus menduduki kursi DPR RI berasal dari daerah
pemilihan Kabupaten Bogor. Saat musim kampanye tahun lalu, ia datang ke Desa
Pabuaran mengobral janji akan memperhatikan pembangunan wilayah Pabuaran. Tapi
janji itu tak pernah ditepati.
Joko Sukmono (45 tahun) mengatakan
jalanan tersebut sebetulnya diperbaiki tahun lalu
bersamaan dengan ruas Cilebut ke Bojonggede. Dalam papan informasi disebutkan
bahwa jalanan akan dicor dari Cilebut hingga Citayam, nyatanya hanya sampai
Bambu Kuning. Sisanya tidak dilanjutkan. “Ini harus diusut tuntas,” katanya
berapi-api.(SWS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar