Minggu, 07 Februari 2010

Tertegun di Teater Daun

Kata orang masa-masa SMA adalah masa yang paling indah, sebab kenangan lucu hingga cerita romantis banyak terukir pada masa itu. Apa iya?

Penilaian itu tidak selamanya benar. Paling tidak, ini yang telihat pada Reuni Akbar D3 FSUI/FIB di gedung IX, FIB UI, Depok, Sabtu, 06 Februari 2010, lalu. Reuni yang memilih tema “Never Say Good Bye” ini baru pertama kali diadakan sejak program diploma dibubarkan, 2007 lalu. Reuni yang awalnya direncanakan di Balairung ini akhirnya diputuskan di lingkungan FIB, tepatnya di antara gedung 8 dan gedung 9 FIB-UI, Depok, Jawa Barat. Tempat acaranya terlihat asyik. Nuansanya meriah. Pengunjungnya lumayan banyak, dan keakraban tercipta di sana. Tidak ada perasaan senior-yunior, tidak ada perasaan atasan-bawahan. Status sosial, pangkat, dan jabatan, tidak berlaku di sana, semua mengalir begitu saja, karena merasa sama-sama pernah belajar di tempat yang sama, mendapatkan bimbingan dari dosen yang sama pula.

Sejak acara dibuka pada pukul 10.00 WIB, para alumni terus berdatangan. Mereka lalu bertebar di mana-aman. Ada yang memilih tetap berada di dalam gedung 9, ada juga yang memilih berada di luar, di mana sebagian besar alumni memilih berada di tempat ini. Di dalam gedung panitia menyajikan berbagai hiburan dan atraksi, sementara di luar gedung alumni disuguhi, salah satunya, pagelaran musik dari Bondan Prakoso dan Voodoo. Bondan Prakoso and Partners adalah grup musik yang digawangi anak-anak Jurusan Sastra Belanda. Mereka menghibur para alumni di Teater Daun yang berada tepat di depan gedung 8.

Sementara di areal parkir, alumni dimanjakan dengan berbagai jajanan dan outlet lain yang telah disiapkan panitia. Tidak lupa, anjungan setiap jurusan yang menyediakan berbagai macam barang dan pernik-pernik, juga tersedia di tempat ini.

Dalam hitungan kasar, setidaknya ada sekitar 1000-an alumni yang hadir. Mereka terlihat bergerombol di berbagai sudut-sudut kampus, di bawah pohon atau di gedung kuliah, bahkan ada yang nongkrong di kantin. Ada yang asyik mengobrol, ada yang memperkenalkan pasangan masing-masing, ada yang berbagai kartu nama, ada pula yang berfoto-foto dengan gaya dan posisi yang lebih aduhai daripada ABG, serta tidak lupa cipika cipiki. Kalau boleh membayangkan, Sabtu siang itu dunia layaknya tengah berputar mundur 10-20 tahun. Tidak terlihat wajah-wajah sedih atau muram, yang ada hanyalah kegembiraan dan keceriaan. Seperti yang dialami Bani Ramadhan. Ikon Diploma Jerman itu mengaku ingin tetap di kampus. “Setiap saat, jika ada waktu saya nongkrong di sini,” ujar Bani yang kini menyutradarai berbagai film itu.

Reuni tidak cuma identik aneka sajian dan hiburan, ia juga merupakan momen paling ditunggu-tunggu buat nostalgia bareng teman lama. Maka, tidak heran banyak orang rela meluangkan waktu demi mencicipi nikmatnya acara temu kangen ini.

Kalau boleh mengutip sebuah survei kecil-kecilan, bahwa 91,8 persen responden mengatakan bahwa reuni itu penting, sebab momen itu merupakan salah satu jalan untuk menyatukan komunikasi yang terputus sejak beberapa lama.

Bahkan, reuni selalu istimewa bagi Dina Afriyanti, jurusan Jepang 1990. Dengan reuni, Dina bisa melihat perkembangan teman-temannya. Banyak yang telah berubah, baik fisik maupun kelakuan. "Itulah indahnya reuni. Semua itu nggak bisa digantikan hanya dengan telepon atau facebook," celetuk Dina yang siang itu kelihatan bahagia.

Sepaham dengan Dina, ada Sekar Dinihari dari Perpustakaan 1987. Cewek yang gemar naik sepeda ini awalnya ogah-ogahan ikut reuni. Tapi begitu datang dan bercanda bersama temannya, dia merasakan atmosfir yang berbeda. "Ada rasa haru dan rindu yang terkuak. Tiba-tiba bangkit semua kenangan masa lalu terlintas di kepalaku. Tentang geng zaman dulu, kisah cinta, dan dosenku yang killer. Aku merasa mereka sangat dekat, bahkan menjadi bagian hidupku," curhatnya yang diamini oleh Widya Chalid teman seangkatannya.

Demikian juga Lucky Dewi, dari Perancis 1990. Kenyataan ini membuat karyawan BNI 46 itu begitu betah tinggal berlama-lama di kampus. Bahkan ia tergolong cewek terakhir yang meninggalkan gedung Audotorium, tempat deklarasi Ikatan Alumni dikumandangkan. "Meriah dan bersahabat sekali. Semuanya ramah dan baik," ujarnya.

“Bertemu teman lama, di samping memutar memori saya, saya juga merasakan ada spirit baru untuk maju ke depan,” kata M. Sukri, Belanda 1990 yang kini sibuk di RCTI.

Demikian juga dengan Redia Frisna Rista. Angkatan 1989 jurusan Kearsipan itu, mengaku mendapatkan inspirasi baru bertemu dengan kawan lama. “Seandainya suasana seperti ini terjadi setiap minggu, oh indahnya dunia ini,” kata salah satu penggagas acara reuni ini, berkhayal.

Penyesalan datang dari Sulistyorini, Sastra Perancis 1990. Ia berniat ingin datang, tetapi ada acara lain yang tidak bisa ia tinggalkan. "Saya bisa membayangkan betapa serunya acara reuni. Nyesel juga gak bisa datang," katanya.

Kampus FIB UI memang memiliki magnet luar biasa. Meski kita sudah meninggalkan puluhan tahun, tetapi selalu ada rasa ingin kembali ke tempat ini. Tempat-tempat seperti Kantin Balsem (balik semak-semak), Teater Kolam, Teater Daun, juga Perpustakaan di gedung 7, adalah tempat-tempat yang sulit untuk dilupakan. Cara unik untuk tetap bersama kampus tercinta dipilih oleh Syafril Navari, Perancis 1990, dengan menjadi karyawan di FIB. Saat ditanya mengapa bisa terdampar di FIB, Caping panggilan akrabnya, menjawab,”Ceritanya panjang, Rek,” kata arek Malang ini singkat.

Dari perspektif rokhaniah, reuni merupakan sarana untuk menumpuk pahala. Lucy Anna Hidayat, Jurusan Sastra Arab 1990, meyakini hal itu. Dari acara reuni, kata Lucy, banyak hal yang bisa kita alami dan kita tindaklanjuti di samping juga sebagai sarana untuk memperkuat silaturahmi. Lucy mengingatkan kita sebuah hadist Nabi SAW yang berbunyi,”Barang siapa yang ingin murah rezeki dan dipanjangkan umurnya, hendaklah bersilaturahmi.

Lucy memang gemar bersilaturahmi. Salah satu buktinya adalah, hampir semua status kawannya di Facebook selalu direspons oleh Lucy, tidak peduli isinya mengkritik atau menyanjung, apapun topiknya. Meski memiliki kesibukan luar biasa di Crown Hotel, Lucy masih sempat merespons status teman-teman, walau hanya sekadar meng-klik “like”. Inikah yang membuat kamu awet muda, Lucy? “Entahlah, yang jelas hari aku bahagia sekali bisa bertemu kawan-kawan,” katanya diplomatis.

Jumlah yang hadir menurut Emil, Ketua Panitia Reuni, memang tidak sesuai dengan harapan. Namun demikian, ia cukup berbahagia acaranya sukses dan banyak yang memberi dukungan baik berupa materi atau dalam bentuk lain. Tekorkah? “Tidak tahu deh, kita belum hitung berapa semua pemasukan dan berapa pengeluarannya,” kata lulusan Jepang 1983 ini.

Sepanjang acara berlangsung, terlihat ada beberapa alumni yang memisahkan diri, ada juga yang bisa membaur dengan jurusan atau angkatan lain. Mereka yang membaur adalah mahasiswa yang dulu terkenal “bengal” di samping juga memang sejak dulu dikenal sebagai anak gaul. Sementara mereka yang terlihat terpisah, harap dimaklumi, karena di antara mereka terdapat "generation gap" yang cukup jauh. Angkatan tertua adalah angkatan tahun1977, sementara angkatan termuda adalah angkatan 2007, terpaut 30 tahun.

Reuni tersebut dibuka dengan menampilkan tari modern sumbangan alumnus jurusan Perancis 2007. Alumnus Belanda 1988 juga turut menyumbangkan live music performance lewat Netsikey Acoustic plus. Alunan musik dan lagu era 1980-1990 seolah membawa atmosfer kenangan pada zaman alumni yang hadir.

Ada pula penampilan Iga Mawarni, penyanyi kelahiran Bogor, Jawa Barat, 24 Juli 1973 merupakan alumni Sastra Belanda 1992. Kita tentu ingat lagu "Kasmaran" adalah album keduanya yang membawanya menuju puncak ketenaran di tahun 1991.

Menurut Rugos (Rudy Gosong) ketua ikatan alumni terpilih, dirinya ingin membentuk ikatan alumni. Sebab, selama ini belum ada koordinator tetap. Yang ada adalah koordinator angkatan dan jurusan. "Lebih penting lagi menyusun database setiap angkatan," ujar alumnus Kearsipan angkatan 1983 itu.

Rugos optimistis bisa mengumpulkan seluruh alumnus Program D3 FIB UI yang terdiri dari 9 jurusan. Bapak berputra dua tersebut juga mempunyai gambaran kasar terkait dengan rencana program kerja ikatan alumni. Dikatakannya, ikatan alumni bisa membawa dampak besar bila diakomodir dengan visi yang menjunjung asas manfaat. Bermanfaat untuk kampus, dosen, dan alumnus.

Menjelang penutupan acara, Bambang Wibawarta, Dekan FIB, mengingatkan bahwa program Diploma FIB UI dibuka pada tahun 1977. Program ini dibuka untuk mengisi pendidikan keterampilan pada jalur non-gelar yang tidak kalah pentingnya dibanding jalur sarjana. Saat itu jalur non-gelar atau lebih tepat disebut jalur profesional di bidang bahasa, kurang dikenal di negeri ini. Bahkan, sampai kini pun masih sangat dibutuhkan banyak tenaga praktisi profesional yang pengelolaannya dipisahkan dari Fakultas sehingga UI membuka Program Vokasi.

Begitulah sepenggal kisah dari sebuah acara yang memakan waktu hampir 10 jam ini. Reuni selalu menghadirkan kisah-kisah yang menyenangkan. Di salah satu sudut universitas terbaik di Asia, pada Sabtu (06/02) yang cerah, di mana kemeriahan, keakraban, dan kerinduan menyatu dalam satu acara “Never Say Good Bye”, acara berlangsung begitu sempurna.

Tetapi, di bagian sudut yang lain, Budi, sebut saja begitu, seorang lulusan Diploma FIB tahun 1989, duduk termenung menyaksikan betapa bahagainya teman-temannya melepas kerinduan dan mengulang kemesraan. Ia duduk menyendiri di teras gedung 8, tempat ia kuliah dulu. Dari tatapan matanya tampak sekali ia ingin mengatakan,”Kapan saya bisa seperti mereka.” Namun karena mungkin nasib baik belum berpihak padanya, rasanya tidak mungkin ia melakukan itu. Budi masih menganggur, ia sedikit sekali berbicara. Dan ia datang ke arena itu membawa pernik-pernik untuk dijual di salah satu stand jurusan.

Bisa jadi, ada puluhan bahkan ratusan Budi Budi yang lain. Untuk itu wadah Ikatan Kekerabatan Alumni Program Diploma FIB UI, ke depan harus mampu menyentuh kepada sosok-sosok Budi yang lain. Agar Budi tidak kesepian di tengah keramaian. Ia tertegun di teater daun. "Maafkan Bud, saya lupa membeli pernik-pernikmu". Dodo, JIP 90.