JAKARTA, Jakarta Review – Pengacara kondang Otto Cornelis Kaligis meluncurkan biografinya bersamaan dengan perayaan hari ulang tahunnya yang ke-71, di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (19/06). Biografi yang berjudul ‘Otto Cornelis Kaligis – A Man With Million Surprises’ ini ditulis oleh Teguh Esha dan Donna Sita Indria.
Buku setebal 371 halaman ini mengungkap kisah hidup Kaligis hingga menjadi pengacara kondang yang sarat kontroversi. Peluncuran buku dihadiri sejumlah tokoh, seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, mantan Kepala Badan Intelijen Negara AM Hendropriyono, dan aktris senior Titik Puspa.
Dalam sambutannya, Kaligis mengaku awalnya agak ragu menyusun biografinya. Sebab, terlalu banyak ‘aib’ yang akan terungkap. “Awalnya saya ragu, terlalu banyak ‘aib’ yang telah saya jalani. Tapi, teman-teman meyakinkan dan mendukung, terutama sahabat saya, Teguh Esha. Akhirnya saya bersedia, terima kasih teman-teman,” kata Kaligis.
Dalam kesempatan ini juga diadakan bedah buku yang dimoderatori Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas. Saat membuka bedah buku, Karni sempat berujar bahwa Kaligis bukan saja manusia dengan sejuta kejutan, tapi juga sejuta akal plus 100 perempuan. “Sisi lain Pak Kaligis yang saya kenal, dia memiliki banyak perempuan. Dia bukan lagi poligami, tapi multigami,” canda Karni yang langsung disambut tawa dan tepuk tangan tetamu. Tampil sebagai pembicara dalam bedah buku adalah mantan Menteri Kehakiman Muladi, pakar hukum Indrianto Seno Aji, dan Hikmahanto Juwana.
Dalam kesempatan itu, Hikmahanto membenarkan pernyataan Karni, bahwa Kaligis adalah manusia dengan sejuta akal. Pria yang pernah menjadi staf di kantor pengacara Kaligis itu lalu menuturkan pengalaman saat menangani perkara aktris lawas Idha Iasha, saat akan dideportasi lantaran melanggar aturan keimigrasian.
“Ida waktu itu mau dipulangin ke Belanda, visanya turis, tapi nyatanya dia kerja,” ujar Hikmahanto.
Hikmahanto menuturkan, ketika itu Kaligis memanggil dan memintanya mempelajari kasus Ida. “Coba kamu pelajari Hik, Ida bersalah atau tidak. Lantas saya pelajari, dan saya katakan Ida memang bersalah. Pak Kaligis lalu bilang, kamu mau jadi pengacara atau petugas imigrasi,” kenang Hikmahanto.
Hikmahanto melanjutkan, Kaligis lalu melancarkan ‘jurusnya’, yakni dengan membuat surat ke Ibu Tien Soeharto – mendiang Ibu Negara – yang isinya menuturkan keadaan Ida Iasha, ‘dipaksa’ meninggalkan Indonesia, meninggalkan suami dan anaknya, dan ditembuskan ke sejumlah instansi terkait, termasuk pihak imigrasi.
Ujungnya, lanjut Hikmahanto, pihak imigrasi memanggil Kaligis dan disepakatilah agar Ida ke luar dulu dari Indonesia, kemudian masuk lagi, dan tidak akan dipermasalahkan pemerintah.
“Makanya saya setuju, Pak Kaligis punya sejuta akal. Awalnya saya berpikir, ngapain ngirim surat ke Bu Tien? Ternyata, tembusannya itu yang penting,” kata pakar hukum Internasional dari Universitas Indonesia ini. (fys)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar