
Kutu loncat pada musim Pemilu 2009 terbilang banyak. Hampir semua partai baik partai baru maupun partai lama selalu ada kutu loncatnya. Salah satu kutu loncat yang tidak pernah berhenti berjuang untuk kepentingan pribadinya adalah AS Hikam. Ia sebelumnya politisi PKB. Tapi karena dia ditakdirkan Tuhan sebagai manusia penuh musuh, maka di partai ini pun ia tidak betah. Sebelum dipecat, ia mengadukan Muhamimin ke PN Jakarta Selatan, tetapi kalah.
Merasa tidak dibutuhkan di PKB, lelaki tambun ini lalu melamar ke Partai Hanura. Sebetulnya di partai ini, mantan peneliti LIPI ini banyak yang tidak cocok, tetapi lantaran ia rajin mendekati Wiranto, akhirnya ia bisa diterima dengan catatan tidak boleh emosional lagi. Ia lalu diplot untuk maju sebagai caleg dari dapil IX Jawa Timur yang meliputi Tuban, Lamongan, Bojonegoro, dan Gresik.
Ada kisah menarik di sini. Ia memohon kepada Wiranto untuk ditempatkan di dapil ini karena Tuban merupakan daerah kelahirannya. Untuk urusan pribadi, Hikam tergolong cerdas, karena ia tahu kalau di dapil lain pasti tidak akan terpilih. Pengalaman ini didasarkan pada saat Pemilu 2004 di mana tidak ada yang memilih dia saat ditempatkan di dapil VII Jawa Barat yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Indramayu.
Karena tidak mendapatkan suara, Hikam dipecat dari keanggotaan PKB dan dari keanggotaan di DPR-RI. Drs Tolkhah Mansur, yang menjadi jurubicara PKB Dapil VII, di Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Sabtu (23/09), mengatakan, AS Hikam, mantan Menristek itu, telah nyata-nyata menunjukkan perlawanan dan pembangkangan terhadap DPP PKB di bawah kepemimpinan KH Abdurachman Wahid sebagai Ketua Umum Dewan Syuro dan Drs. Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB.
"Selain menyangkut pembangkangan terhadap garis kebijakan DPP PKB Muhaimin, AS Hikam selama menjadi wakil dari Dapil VII Jabar tidak pernah melakukan pembinaan ke daerah yang mengusungnya, sehingga tidak ada gunannya dia menjadi wakil dari daerah ini," kata Drs. Tholkhah Mansur yang juga Sekretaris Dewan Tanfiz DPC PKB Kabupaten Cirebon, usai membacakan pernyataan bersama itu.
Lincahnya lidah Hikam tidak hanya berhasil menipu Wiranto bergabung di Hanura. Jauh sebelumnya, ia mampu menipu Presiden Gus Dur agar bisa menjadi Menteri Ristek. Kelemahan fisik Gus Dur dieksploitasi habis untuk ambisi pribadinya. Meski mendapat hujatan dari masyarakat lantaran Menristek diisi oleh seorang yang hanya lulusan Sastra, toh ia tetap melenggang ke jajaran Kabinet Persatuan Nasional. Perihal hujatan ini, lelaki yang selalu menunjukkan kartu mahasiswa saat naik bus kota ini, mengatakan,”Meskipun saya lulusan sastra, tetapi istri saya lulusan scientific,” katanya bangga tapi kelihatan naif.
Begitulah AS Hikam. Ia akan kelihatan cerdas jika kepentingan pribadinya terusik. Jika bukan kepentingan pribadi, jangan harap, penyuka sayur jengkol itu bersuara.
Kini, setelah ia bisa duduk manis di Hanura, kritikan tak berhenti begitu saja. Banyak orang PKB yang nyinyir menyaksikan kelakuan Hikam, termasuk julukan bahwa politisi yang seumur hidupnya tidak punya SIM itu, menjadi kutu loncat paling lincah di dunia. “Apa itu kutu loncat, saya tidak ngerti,” katanya pura-pura bloon.
Berikut wartawan Jakarta Review, dengan politisi berjidat licin, Senin malam. Petikannya:
Anda dulu di PKB sekarang pindah ke Hanura, apa pertimbangannya?
Saya sudah diwawancara banyak wartawan sebulan yang lalu, pertanyaan yang sama. Jadi Anda lihat lagi saja itu.
Oh, kalau begitu saya minta komentar bagaimana menurut Anda terhadap banyaknya caleg yang pindah dari partai satu ke partai lain?
Kalau saya melihat satu per satu saja, tidak bisa digeneralisir. Ada yang karena partai sebelumnya bisa memuaskan, ada yang partai yang sebelumnya tidak punya harapan untuk menang, ada yang karena idealisme tidak bisa ditampung lagi. Macam-macam, saya tidak bisa mengatakan sebagai suatu alasan yang umum.
Pindahnya kadang-kadang bertolak belakang dari partai sebelumnya ke partai baru?
Apa yang beda.
Visi dan misi partai?
Bedanya bagaimana.
Misalnya dari PKB ke Hanura?
Tahu dari mana PKB beda dengan Hanura.
Basis massa PKB lebih banyak NU, Hanura bukan?
Itu bukan pandangan, itu namanya basis massa. Anda membedakan pandangan dengan basis massa saja tidak becus kok nanya segala macam.
PKB lebih dekat ke Islam, Hanura tidak?
Itu namanya Anda bodoh banget mengatakan PKB Islam. Tanya Gus Dur. Anda nggak ngerti urusan partai kok nanya.
Berarti menurut Anda PKB sama dengan Hanura?
Apanya yang sama.
Visi dan misinya?
Ada yang sama ada yang tidak.
Anda bisa memperjuangkan sesuatu yang tidak bisa diperjuangkan di PKB?
Bisa aja.
Caranya?
Terserah saya.
Ada penilaian sekarang banyak kutu loncat, bagaimana menurut Anda?
Ya biarin aja, wong penilaian. Saya juga bisa menilai yang ngomong kayak gitu bego, juga bisa saja.
Dengan mudahnya pindah partai, bisa diartikan “idealisme” politisi terhadap partai tidak ada?
Idealisme maksudnya apa. Idealisme terhadap partai itu apa. Tidak ada idealisme.
Maksud saya, ketika orang kecewa, orang itu begitu mudah meninggalkan partai lalu pindah ke partai lain atau bikin partai baru? Di negara maju tidak seperti itu?
Siapa bilang. Anda tahu nggak yang namanya Juliberman calon presiden dari Partai Demokrat sekarang bergeser. Di Israel, tiba-tiba dari partai Likud jadi Kadima. Anda nggak ngerti urusan kayak gitu gak usah nanya-nanya. Nanti malah gak karu-karuan.
Begitu ya?
Iya, karena Anda tololnya kelihatan sekali.
Kalau begitu mohon maaf Pak Hikam? Saya reporter baru, sedang belajar?
Makanya kalau sedang belajar jangan nanya-nanya, malah nggak karu-karuan. Belajar ya belajar, jangan tanya saya.
Baik Pak Hikam. Mohon maaf telah mengganggu.
Ya, karena kelihatan tololnya. Ketololan Anda sangat luar biasa terhadap masalah politik.
Kalau Pak Hikam tersinggung saya mohon maaf.
Nggak tersinggung, wong orang bodoh kok tersinggung. Rugi tersinggung sama orang bodoh.
Baik, kalau begitu saya tulis semua wawancara ini.
Ya tulis saja semuanya. Anda bodoh dan tolol.
Ya, Anda bahkan lebih dari itu, saya menjadi bodoh karena telah mewawancarai orang bodoh dan tolol seperti Anda.
Brek, telpon ditutup.